Bismillahirrahmanirrahim...
Di antara putera-putera Kiai Saleh, pengasuh pesantren "Sabilul
Muttaqin" dan sesepuh di daerah kami, Gus Jakfar-lah yang paling menarik
perhatian masyarakat. Mungkin Gus Jakfar tidak sealim dan sepandai
saudara-saudaranya, tapi dia mempunyai keistimewaan yang membuat namanya
tenar hingga ke luar daerah, malah konon beberapa pejabat tinggi dari
pusat memerlukan sowan khusus ke rumahnya setelah mengunjungi Kiai
Saleh. Kata Kang Solikin yang dekat dengan keluarga ndalem, bahkan Kiai
Saleh sendiri segan dengan anaknya yang satu itu.
"Tapi, Gus
Jakfar memang luar biasa," kata Mas Bambang, pegawai Pemda yang sering
mengikuti pengajian subuh Kiai Saleh. "Matanya itu lho. Sekilas saja
mereka melihat kening orang, kok langsung bisa melihat rahasianya yang
tersembunyi. Kalian ingat, Sumini yang anak penjual rujak di terminal
lama yang dijuluki perawan tua itu, sebelum dilamar orang sabrang kan
ketemu Gus Jakfar. Waktu itu Gus Jakfar bilang, 'Sum, kulihat keningmu
kok bersinar, sudah ada yang ngelamar ya?'. Tak lama kemudian orang
sabrang itu datang melamarnya."
Aku hanya bisa menunduk. Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil menepuk-nepuk punggung saya. 'Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi; kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap takabbur; ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri. Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan: godaan untuk takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan kelebihan itu diakui oleh banyak pihak'.
0 komentar:
Posting Komentar